Isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid pada tumbuhan daun lamun
Senyawa flavonoid adalah suatu
kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan
warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran,
kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat
dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat
herbal. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan
pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan.
Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah bagian akar
yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk menjaga dan
memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.
Senyawa flavonoid termsuk kedalam
senyawa fenol yang merupakan benzenetersubtitusi dengan gugus ±OH, senyawa
flavonoid ini banyak diperoleh daritumbuhan, zan ini biasanya berwarna merah,
ungu, dan biru tetapi juga ada yangberwarna kuning. Jika dilihat dari struktur
dasarnya flavonoid terdiri dari dua cincinbenzen yang terikat dengan 3 atom
carbon (propana)
Dari kerangka ini flavonoid dapat di bagi
menjadi 3 struktur dasar yaitu Flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid.
Dan disini membahas
tentang tanaman lamun.Tanaman lamun merupakan kelompok tumbuhan berbunga, berdaun,
berakar sejati dan tumbuh pada kedalaman air laut yang dangkal. Tanaman lamun
biasanya di gunakan sebagai penangkap sedimen, digunakan sebagai kompos dan
sebagai antioksidan penggunaan mengenai tanaman lamun khususnya bagi manusia
masih perlu dilakukan. Melihat potensi dan kandungan kimia seperti yang
terdapat pada lamun seperti flavonoid. Maka sangatlah perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui kandungan jenis flavonoid yang terdapat pada daun
lamun. Untuk itu dilakukan penelitian tentang isolasi dan identifikasi dalam
daun lamun (Syringodium isoetifolium) menggunakan Kromatografi lapis
tipis dan Spektrofotometer UV-Vis. Penelitian dilakukan dengan ekstraksi
maserasi mengggunakan pelarut etanol 96%
p.a. Isolasi dilakukan
dengan Kromatografi Lapis Tipis silika GF 254 dengan eluen nbutanol:
asam asetat:air (BAA)
(4:1:5). Isolasi menggunakan KLT memperoleh 2 spot, yang
pertama berwarna kuning
dengan Rf 0,4 dan yang kedua berwarna merah dengan Rf 0,8.
Identifikasi senyawa
flavonoid dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Berdasarkan Hasil
penelitian bahwa senyawa flavonoid yang terdapat pada daun lamun di duga
senyawa flavonoid golongan Khalkon.
Kandungan kimia yang
terdapat pada lamun seperti flavonoid berpotensi menyembuhkan penyakit.
Flavonoid adalah zat aktif yang terdapat pada tumbuhan yang mempunyai struktur
kimia C6-C3-C6 yang tiap bagian C6 merupakan rantai alifatik dan dalam tanaman
lamun senyawa flavonoid bisa digunakan sebagai antioksidan. Sejauh ini lamun di
Indonesia hanya diteliti mengenai aktivitas budidaya dan eksplorasinya saja dan
hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Dengan penelitian yang dilakakukan
Ukthy (2011), yang menguji kandungan fitokimia pada lamun dengan jenis Syringodium
isoetifolium menunjukan adanya flavonoid, fenol, hidrokuinon dan potensi
senyawa flavonoid yang bisa digunakan sebagai antioksidan. Maka penulis
tertarik untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid yang terdapat
didalamnya.
METODELOGI PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian
Alat
Alat-alat yang digunakan
pada penelitian
yaitu oven, neraca
analitik, blender,
chamber KLT, lampu UV
366 nm,
spektrofotometer UV-vis,
aluminium foil,
Plat silika gel G60
F254, rotary
evaporator, water batch,
kertas saring, dan
peralatan gelas.
Bahan
Bahan yang digunakan
pada penelitian ini
yaitu daun Lamun yang
diperoleh dari
Pantai Molas dan Meras
Kecamatan
Bunaken, etanol 96%,
aquades, n-butanol,
asam asetat, metanol.
Amoniak,
Cara Kerja
Sebanyak 150 gram serbuk
halus daun lamun dimasukan ke dalam 750 ml etanol 96 %, ditutup dengan aluminium
foil dan dibiarkan selama 5 hari, sambil dikocok. Setelah itu sampel di uapkan
dengan menggunakan rotary evaporator dan mendapat ekstrak cair yang kemudian di
water batch pada suhu 60ยบ C. Ekstrak yang di isolasi dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis
preparatif menggunakan fase diam G60 F254 dengan ukuran 20 cm x 20 cm dan fase
gerak campuran n-butanol-asam asetat-dan air (BAA) (4:1:5). Selanjutnya isolat
di identifikasi dengan menggunakan spektrofotometer Ultra Violet –Visibel.
Pembahasan
Daun Lamun yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pantai Molas wilayah Tuminting.
Tumbuhan ini merupakan kelompok tumbuhan berbunga, berbuah, berakar sejati dan
tumbuh pada substrat yang berlumpur dan berpasir bahkan hidup pada kedalaman
laut yang dangkal. Lamun memiliki kandungan nutrisi seperti protein, lemak, dan
serat pangan yang merupakan sumber makanan dan mengandung senyawa metabolit
sekunder seperti flavonoid, fenol hidroquinon, steroid, dan titerpenoid.
Peranan lamun dalam lingkungan perairan berfungsi sebagai produsen primer
tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainya yang ada di laut yang
dangkal, sebagai penangkap sedimen dan berfungsi sebagai antioksidan. Daun
Lamun yang diambil di Pantai Molas wilayah Tuminting dimasukkan kedalam kotak
putih yang berisi Es untuk menjaga daun tetap segar sampai sampel berada di
Laboratorium. Daun Lamun kemudian dicuci, dikeringkan, dan diangin-anginkan
selama 7 hari dan kemudian di oven pada suhu 40°C untuk menghilangkan kadar air
dalam Lamun. Pengeringan dilakukan sampai daun benar-benar kering yaitu ketika daun
Lamun mudah dipatahkan dan mudah dihaluskan. Selanjutnya daum lamun dihaluskan
dengan menggunakan blender dan dilanjutkan dengan pengayakan untuk mengecilkan
ukuran serbuk dan mempermudah pelepasan zat aktif pada saat proses Ekstraksi.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu senyawa kimia berdasarkan perbedaan
kelarutanya terhadap dua cairan tidak saling larut dan berbeda. Metode
ekstraksi ini dipilih karena beberapa faktor yang sangat penting seperti sifat
dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap metode ekstraksi dan untuk
memperoleh ekstrak yang sempurna mendekati sempurna. Metode eksraksi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi yang disesuaikan dengan
sifat fisika dan kimia dari senyawa yang akan di ekstraksi yaitu flavonoid.
Senyawa Flavonoid adalah golongan senyawa yang tidak tahan panas dan mudah
teroksidasi pada suhu tinggi. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini
adalah etanol 96% yang disesuaikan dengan kepolaran senyawa. Sampel sebanyak
150 gram di maserasi dalam 750 ml etanol 96% dengan perbandingan 1:5 selama 5
hari dan menghasilkan Ekstrak kental sebanyak 2,6 gram. Setelah di ekstraksi
sampel akan di isolasi dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis.
Kromatografi lapis tipis suatu metode pemisahan senyawa kimia berdasarkan perbedaan
distribusi dua fase yaitu fasa diam dan fasa gerak. Eluen yang digunakan
n-butanol: asam asetat: air (4:1:5). Eluen yang baik adalah eluen yang bisa
memisahkan senyawa dalam jumlah yang banyak dan di tandai dengan munculnya noda
(Harborne, 1987)
Hasil pemisahan dengan
KLT preparatif dan menghasilkan nilai Rf 0,4 dengan warna kuning kecokelatan
dan ketika di tambahkan NH3 kemudian di baca pada lampu UV 366 menghasilkan nilai
Rf 0,4 dan 0,88 dengan warnah merah dan warna hijau. warna merah menunjukan bahwa
senyawa diduga mengandung flavonoid. Golongan flavonoid yang terdapat dalam
daun lamun disesuaikan penyebaran dan ciri khas flavonoid yang menurut
(Harbone,2009), bahwa senyawa dengan ciri khas pereaksi NH3 dan memberikan
warna merah diduga merupakan senyawa flavonoid golongan khalkon hal ini
diperjelas dengan warna flavonoid hasil pemisahan pada plat KLT oleh
(Harbone,1987).
Setelah diisolasi sampel
kemudian diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis.
Isolat-isolat hasil KLT dengan pereaksi NH3 di kerok dan dilarutkan dengan
metanol dan kemudian disentrifugasi untuk memisakan senyawa murni hasil KLT
kemudian diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-vis dengan menggunakan
metanol sebagai larutan baku. Hasil identifikasi menunjukan panjang gelombang
pada pita pertama 379 dan panjang gelombang pita kedua 289, maka hasil
identifikasi menunjukan golongan flavonoid mengarah pada khalkon, auron dan
flavonol jika dilihat pada panjang gelombang pada pita pertama. Menurut (Harbone,
1987) Ciri spektrum flavonoid khalkon antara 365- 390, auron 390-430, flavonol
350-390, maka dari ciri spektrum di ketahui ini bahwa ketiga senyawa tersebut
merupakan golongan senyawa hasil identifikasi, namun jika disesuaikan dengan
hasil. pemisahan dengan pereaksi NH3 lebih mengarah kepada golongan khalkon
karena dari hasil pemisahan perubahan warna sinar tampak menunjukan senyawa flavonoid
golongan khalkon
Kesimpulan
Dari hasil penelitian
dapat di simpulkan bahwa flavonoid dapat di isolasi dan di identifikasi dari
daun lamun dengan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometer uv-vis
dan flavonoid yang ditemukan adalah golongan khalkon.
Permasalahan
Dari materi diatas untuk
menguji adanya flavonoid salah satu langkahnya dengan menggunakan eluen.Pada
proses ekstraksi eluen atau pelarut yang digunakan adalah n-butanol atau etanol
lalu yang saya tanyakan apakah hanya etanol ataupun n-butanol saja yang bisa
digunakan dalam proses ekstraksi, apakah dapat digantikan dengan eluen yang
lain ?
Lalu pada hasil penelitian
diatas dikatakan bahwa flavonoid yang terkandung dalam daun lamun termasuk
kedalam golongan khalkon,sedang golongan flavonoid itu ada golongan
khalkon,auron,flavonol.flavonoid yang bagaimana yang termasuk kedalam
masing-masing golongan tersebut ?