Sabtu, 28 Desember 2013

UAS KIMBALAM



UJIAN AKHIR SEMESTER KIMIA BAHAN ALAM
DOSEN PENGAMPU : Dr. Syamsurizal, M.Si
NAMA  : BETTY ELDIA SIRAIT
NIM : A1C111072
WAKTU : 17-31 DESEMBER 2013
Petunjuk : Sifat ujian open book, diposting paling lambat tanggal 31 desember (jamnya tidak tau jadi usahakan sebelumnya sudah diposting), dikumpul dalam bentuk print out ditanggal yg sama dengan terakhir posting (31 desember)   
                                                   
1. Temukan dua senyawa alkaloid yang berisomer satu sama lain. Tuliskan struktur lengkap dan sumber darimana kedua senyawa tersebut ditemukan (link, referensi dsb).
Jawab :
Theobromina merupakan senyawa yang termasuk dalam alkaloid, isomer dari theobromina  yaitu theopillin yang merupakan senyawa yang  diperoleh dari biji tumbuhan Theobroma cacao (fam: Sterculaceae) yang berguna sebagai diuretik dan stimulan SSP.
                                            
                                                                                                                                                   
    Struktur thebromina                                                            Struktur theophilina
Teofilin  (1,3-dimetilxantin) adalah  senya- wa alkaloid turunan xantin dan termasuk ke dalam kelompok purin. Teofilin telah lama digunakan   untuk   mengobati  penyakit  asma yang bekerja dengan cara merelaksasi otot polos serta menstimulasi sistem syaraf pusat dan otot jantung (Young  2003).   Teofilin masih banyak digunakan di Indonesia, sedangkan di Inggris jarang digunakan karena mempunyai efek samping yang lebih besar dibandingkan dengan obat-obat inhalasi lainnya.
Teofilin dapat ditemukan pada tumbuhan seperti teh, tetapi teofilin yang digunakan untuk pengobatan umumnya disintesis dalam skala industri. Ciri fisik teofilin adalah berbentuk serbuk, berwarna putih, tidak berbau, rasanya pahit, dan stabil di udara. Teofilin sukar larut dalam air, mudah larut dalam air panas, larutan alkali hidroksida, dan amonium hidroksida, serta agak sukar larut dalam etanol, kloroform, dan eter
2. (a.) Usulkan teknik isolasi dan pemurnian kedua senyawa yang berisomer tersebut.
    (b.) Jelaskan alasan dan pemilihan pelarut untuk ekstraksi/pemurnian/isolasi tersebut.
Jawab:
·         Teknik isolasi thiobromin
Dalam peroobaan ini, dilakukan isolasi theobromin dari biji tanaman kakao (Theobroma cacao L.) jenis lindak. Sebelum isolasi theobromin dilakukan, sampel lebih dulu diekstraksi lemaknya dengan pelarut petroleum benzin. Tahap awal isolasi dilakukan dengan ekstraksi menggunakan peralatan soklet dengan pelarut kloroform. Dari ekstraksi soklet ini terjadi endapan dalam kloroforxn. Setelah endapan dipisahkan dengan penyaringan, filtrat yang diperoleh divapkan sehingga didapat ekstrak kental yang kemudian dipisahkan dengan kromatografi kolom menggunakan adsorben silika gel 60 dan pelarut etil asetat-metanol (9:1). Dari pemisahan ini diperoleh 2 senyawa yang berupa kristal yang kemudian dimurnikan dengan metanol sehingga diperoleh kristal berwarna putih. Dari hasil KLT, spektrum ultra violet, spektrum infra merah dan spektrum massa yang dibandingkan dengan senyawa standar dan data literatur, diketahui bahwa senyawa hasil isolasi adalah theobromin dan kafein

·         Teknik isolasi thiopilin
Metode atau teknik SDUV(Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet) merupakan kombinasi dari spektrofotometri UV konvensional dan kemometrik yang memerlukan peralatan optik, elektronik, dan metode matematika untuk menghasilkan spektrum turunan.Kelebihan metode SDUV antara lain mampu meningkatkan pemisahan pita serapan dari spektrum yang tumpang tindih, mendeteksi dan menentukan panjang gelombang serapan senyawa target dari spektrum yang kompleks, dan mengurangi gangguan yang disebabkan oleh penghamburan dan serapan senyawa lain. Oleh karena karakteristik SDUV tersebut, proses isolasi dan preparasi senyawa aktif yang biasanya diperlukan untuk prosedur analisis kualitatif dan kuantitatif di dalam sistem yang kompleks dapat dihindari.
Bahan-bahan yang digunakan adalah standar teofilin, metanol p.a, natrium asetat, asam asetat glasial, asetonitril, air bebas ion, dan 2 contoh obat asma komersil dengan merek yang berbeda (contoh A dan B).  Alat-alat yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis Hitachi U 2800, piranti lunak UV-solutions versi-2, 1 set peralatan komputer, KCKT merek Thermofinigan, kertas saring, pengaduk magnet, pipet mikro, dan alat-alat kaca.

   Analisis Kuantitatif Teofilin dengan Metode SDUV 
 Larutan stok standar teofilin 100 ppm disiapkan dengan melarutkan 0.01 g teofilin dalam metanol, diaduk dengan pengaduk magnet selama 30 menit, disaring, dan ditepatkan volumenya dengan metanol di dalam labu takar 100 mL, kemudian diencerkan sehingga konsentrasi larutan standar menjadi 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ppm dalam labu takar 10 mL.   Larutan stok contoh yang setara dengan konsentrasi teofilin sebesar 100 ppm disiapkan dengan melarutkan sejumlah tertentu contoh (yang telah digerus) dalam metanol, selanjutnya dilakukan pengadukan selama 30 menit, disaring, dan ditepatkan volumenya dengan metanol dalam labu takar 50 mL, kemudian larutan contoh diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 25 ppm dalam labu takar 10 mL. Setelah itu, dibuat spektrum absorbans standar dan contoh menggunakan spektrofotometer UV dengan kecepatan penyapuan 100, 200, 400, 800, dan 1200 nm/menit. Spektrum standar dan contoh dengan konsentrasi yang sama dioverlay dan diolah dengan UV-solutions untuk memperoleh kondisi optimum pengukuran. Parameter yang ditetapkan antara lain orde turunan, orde penghalusan,  dan jumlah jendela. Analisis kadar teofilin di dalam contoh dan validasi metode SDUV dilakukan berdasarkan kondisi optimum yang telah ditetapkan. 

HASIL DAN PEMBAHASAN  
Metode SDUV 
Metode   spektrofotometri  UV   konvensi- onal tidak dapat digunakan secara langsung untuk analisis kuantitatif teofilin di dalam contoh sediaan karena spektrofotometri UV konvensional tidak mampu menghilangkan efek serapan matriks di dalam contoh. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3a yang menunjukkan bahwa puncak absorpsi contoh pada spektrum awal lebih besar dibandingkan dengan standar pada konsentrasi yang sama. Hal inilah yang menyebabkan analisis kuantitatif teofilin dengan spektrofotometri UV konvensional menjadi tidak akurat. Metode SDUV dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.  Puncak absorpsi spektrum turunan pertama pada λ 257 dan 284.5 nm (Gambar 3b) menunjukkan hanya  serapan teofilin yang terjadi.  
Pita serapan pada λmaks 270 nm  menunjukkan adanya transisi elektronik gugus keton lingkar dan ikatan rangkap senyawa teofilin. Penurunan spektrum awal teofilin dilakukan untuk menganalisis kadar teofilin secara akurat dengan menggunakan filter smoothing Savitzky-Golay untuk proses penghalusan spektrum. Proses penghalusan spektrum turunan diperlukan untuk meminimalkan noise, tetapi apabila derajat penghalusan terlalu besar maka akan menyebabkan penyimpangan spektrum turunan (Owen 1996).  

b. alasan menggunakan pelarut kloroform pada isolasi senyawa thiobromin dan pelarut methanol pada isolasi senyawa thiofillin yaitu karna senyawa keduanya merupakan senyawa yang bersifat kurang polar sehingga pelarut yang digunakan juga harus pelarut yang bersifat nonpolar. jadi Pelarut yang kita gunakan sesuai dengan kriteria zat yang akan diekstraksi.
Sedangkan untuk Alkaloid, Kita ketahui bahwa alkaloid ini bersifat non-polar,sehingga pelarut yang cocok digunakan untuk mengisolasi alkaloid yaitu pelarut non polar pula. Contohnya: heksana

 Xantin merupakan alkaloid yang bersifat basa lemah, biasanya diberikan dalam bentuk garam rangkap. Untuk pemberian oral dapat diberikan dalam bentuk basa bebas atau bentuk garam, sedangkan untuk pemberian parenteral perlu sediaan dalam bentuk garam

Kofein, disebut juga tein, merupakan Kristal putih yang larut dalam air dengan perbandingan 1:46. Teofilin berbentuk Kristal putih, pahit dan sedikit larut dalam air (3).
Senyawa xantin merupakan basa lemah dengan pKb antara 13 sampai 14. Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pKa 8,6 dan 9,9. Kofein tidak bersifat asam karena tidak mempunyai atom hidrogen yang dapat dilepaskan sehingga kofein merupakan basa yang sangat lemah dan garamnya mudah terurai oleh air, karenanya kofein dapat disari dari larutan asam atau basa (lebih mudah dari larutan basa) dengan kloroform. Tetapi kofein mudah terurai oleh basa kuat, sehingga larutan dalam basa harus segera disari


3. Usulkan tahap2 biosintesis kedua senyawa tersebut dengan reaksi2 kimia organik. Jelaskan dasar referensinya (sumber,link)
Jawab :
 Sifat kimia kafein Kafein termetabolisme di dalam hati menjadi tiga metabolit utama yaitu paraxanthine (84%), theobromine (12%), dan theophylline (4%).

Teobromin mempengaruhi sistem tubuh manusia mirip dengan kafein, tetapi pada efek yang lebih kecil. Teobromin bersifat diuretik ringan, stimulan ringan, dan melemaskan otot-otot halus pada bronkus. Dalam tubuh manusia, tingkat teobromin yang dirasakan adalah antara 6-10 jam setelah dikonsumsi. Karena kemampuannya untuk melebarkan pembuluh darah, teobromin juga digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (Amit et al, 2010).
BIOSINTESIS
Biosintesis dari teobromin dilakukan dengan tiga cara, antara lain :
 a)AMP IMP XMP  xanthosine 7-methylxanthosine 7 -metilsantin
teobromin.
 b) GMP guanosin xanthosine 7-methylxanthosine 7-metilsantin
 teobromin.
 c) Santin  3-metilsantin teobromin (Ashihara et al, 2008)
TEOFILIN
Teofilin ditemukan dalam jumlah kecil di dalam daun teh dan diperoleh dengan cara ekstraksi. Teofilin mengkristal dengan satu molekul air kristal. Kristal teofilin berwarna putih dengan titik lebur 2680 Teofilin sukar larut dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air  panas dan larutannya bereaksi netral. Kristal teofilin tidak berbau, berasa pahit dan berkhasiat diuretik (Sumardjo, 2006). Gambar 5. Struktur Teofilin (Leksana, 2010)

struktur theofilin
4.Tentukan bagaimana cara mengelusidasi struktur lengkap dari kedua senyawa tersebut
Jawab :
Cara elusidasi struktur yaitu dengan metode SDUV (Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet ) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Metode SDUV dapat digunakan untuk menganalisis kadar teofilin di dalam contoh sediaan farmasi dengan sensitivitas dan ketelitian yang baik, namun akurasi dan linearitas metode SDUV kurang memuaskan.    Begitu juga halnya dengan KCKT Teknik KCKT fase terbalik dengan kolom C8 dan fase gerak asetonitril serta larutan penyangga cocok digunakan untuk analisis senyawa teofilin yang bersifat polar. Kondisi KCKT yang  digunakan sesuai dengan USP (2003) namun kolom yang seharusnya C18 diganti dengan C8. Kolom C18 dan C8 ini tidak jauh berbeda, hanya C18 lebih bersifat non polar dibandingkan dengan C8 (Christian 2004). Waktu retensi teofilin (waktu yang diperlukan teofilin untuk tinggal di dalam kolom dalam proses pemisahan senyawa) yaitu ± 9 menit