Kamis, 31 Oktober 2013

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID



Isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid pada tumbuhan daun lamun
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan. Bagian tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah bagian akar yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk menjaga dan memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.
Senyawa flavonoid termsuk kedalam senyawa fenol yang merupakan benzenetersubtitusi dengan gugus ±OH, senyawa flavonoid ini banyak diperoleh daritumbuhan, zan ini biasanya berwarna merah, ungu, dan biru tetapi juga ada yangberwarna kuning. Jika dilihat dari struktur dasarnya flavonoid terdiri dari dua cincinbenzen yang terikat dengan 3 atom carbon (propana)
 Dari kerangka ini flavonoid dapat di bagi menjadi 3 struktur dasar yaitu Flavonoid, isoflavonoid, dan neoflavonoid.
http://htmlimg2.scribdassets.com/4kzg4fidogv6d21/images/5-2c8dc9cd59.jpg
Dan disini membahas tentang tanaman lamun.Tanaman lamun merupakan kelompok tumbuhan berbunga, berdaun, berakar sejati dan tumbuh pada kedalaman air laut yang dangkal. Tanaman lamun biasanya di gunakan sebagai penangkap sedimen, digunakan sebagai kompos dan sebagai antioksidan penggunaan mengenai tanaman lamun khususnya bagi manusia masih perlu dilakukan. Melihat potensi dan kandungan kimia seperti yang terdapat pada lamun seperti flavonoid. Maka sangatlah perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan jenis flavonoid yang terdapat pada daun lamun. Untuk itu dilakukan penelitian tentang isolasi dan identifikasi dalam daun lamun (Syringodium isoetifolium) menggunakan Kromatografi lapis tipis dan Spektrofotometer UV-Vis. Penelitian dilakukan dengan ekstraksi maserasi mengggunakan pelarut etanol 96%
p.a. Isolasi dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis silika GF 254 dengan eluen nbutanol:
asam asetat:air (BAA) (4:1:5). Isolasi menggunakan KLT memperoleh 2 spot, yang
pertama berwarna kuning dengan Rf 0,4 dan yang kedua berwarna merah dengan Rf 0,8.
Identifikasi senyawa flavonoid dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Berdasarkan Hasil penelitian bahwa senyawa flavonoid yang terdapat pada daun lamun di duga senyawa flavonoid golongan Khalkon.
Kandungan kimia yang terdapat pada lamun seperti flavonoid berpotensi menyembuhkan penyakit. Flavonoid adalah zat aktif yang terdapat pada tumbuhan yang mempunyai struktur kimia C6-C3-C6 yang tiap bagian C6 merupakan rantai alifatik dan dalam tanaman lamun senyawa flavonoid bisa digunakan sebagai antioksidan. Sejauh ini lamun di Indonesia hanya diteliti mengenai aktivitas budidaya dan eksplorasinya saja dan hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Dengan penelitian yang dilakakukan Ukthy (2011), yang menguji kandungan fitokimia pada lamun dengan jenis Syringodium isoetifolium menunjukan adanya flavonoid, fenol, hidrokuinon dan potensi senyawa flavonoid yang bisa digunakan sebagai antioksidan. Maka penulis tertarik untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa flavonoid yang terdapat didalamnya.

METODELOGI PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian
Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian
yaitu oven, neraca analitik, blender,
chamber KLT, lampu UV 366 nm,
spektrofotometer UV-vis, aluminium foil,
Plat silika gel G60 F254, rotary
evaporator, water batch, kertas saring, dan
peralatan gelas.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
yaitu daun Lamun yang diperoleh dari
Pantai Molas dan Meras Kecamatan
Bunaken, etanol 96%, aquades, n-butanol,
asam asetat, metanol. Amoniak,
Cara Kerja
Sebanyak 150 gram serbuk halus daun lamun dimasukan ke dalam 750 ml etanol 96 %, ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 5 hari, sambil dikocok. Setelah itu sampel di uapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan mendapat ekstrak cair yang kemudian di water batch pada suhu 60ยบ C. Ekstrak yang di isolasi dengan menggunakan
kromatografi lapis tipis preparatif menggunakan fase diam G60 F254 dengan ukuran 20 cm x 20 cm dan fase gerak campuran n-butanol-asam asetat-dan air (BAA) (4:1:5). Selanjutnya isolat di identifikasi dengan menggunakan spektrofotometer Ultra Violet –Visibel.


Pembahasan
Daun Lamun yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pantai Molas wilayah Tuminting. Tumbuhan ini merupakan kelompok tumbuhan berbunga, berbuah, berakar sejati dan tumbuh pada substrat yang berlumpur dan berpasir bahkan hidup pada kedalaman laut yang dangkal. Lamun memiliki kandungan nutrisi seperti protein, lemak, dan serat pangan yang merupakan sumber makanan dan mengandung senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, fenol hidroquinon, steroid, dan titerpenoid. Peranan lamun dalam lingkungan perairan berfungsi sebagai produsen primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainya yang ada di laut yang dangkal, sebagai penangkap sedimen dan berfungsi sebagai antioksidan. Daun Lamun yang diambil di Pantai Molas wilayah Tuminting dimasukkan kedalam kotak putih yang berisi Es untuk menjaga daun tetap segar sampai sampel berada di Laboratorium. Daun Lamun kemudian dicuci, dikeringkan, dan diangin-anginkan selama 7 hari dan kemudian di oven pada suhu 40°C untuk menghilangkan kadar air dalam Lamun. Pengeringan dilakukan sampai daun benar-benar kering yaitu ketika daun Lamun mudah dipatahkan dan mudah dihaluskan. Selanjutnya daum lamun dihaluskan dengan menggunakan blender dan dilanjutkan dengan pengayakan untuk mengecilkan ukuran serbuk dan mempermudah pelepasan zat aktif pada saat proses Ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu senyawa kimia berdasarkan perbedaan kelarutanya terhadap dua cairan tidak saling larut dan berbeda. Metode ekstraksi ini dipilih karena beberapa faktor yang sangat penting seperti sifat dari bahan mentah obat, daya penyesuaian dengan tiap metode ekstraksi dan untuk memperoleh ekstrak yang sempurna mendekati sempurna. Metode eksraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode maserasi yang disesuaikan dengan sifat fisika dan kimia dari senyawa yang akan di ekstraksi yaitu flavonoid. Senyawa Flavonoid adalah golongan senyawa yang tidak tahan panas dan mudah teroksidasi pada suhu tinggi. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah etanol 96% yang disesuaikan dengan kepolaran senyawa. Sampel sebanyak 150 gram di maserasi dalam 750 ml etanol 96% dengan perbandingan 1:5 selama 5 hari dan menghasilkan Ekstrak kental sebanyak 2,6 gram. Setelah di ekstraksi sampel akan di isolasi dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi lapis tipis suatu metode pemisahan senyawa kimia berdasarkan perbedaan distribusi dua fase yaitu fasa diam dan fasa gerak. Eluen yang digunakan n-butanol: asam asetat: air (4:1:5). Eluen yang baik adalah eluen yang bisa memisahkan senyawa dalam jumlah yang banyak dan di tandai dengan munculnya noda (Harborne, 1987)
Hasil pemisahan dengan KLT preparatif dan menghasilkan nilai Rf 0,4 dengan warna kuning kecokelatan dan ketika di tambahkan NH3 kemudian di baca pada lampu UV 366 menghasilkan nilai Rf 0,4 dan 0,88 dengan warnah merah dan warna hijau. warna merah menunjukan bahwa senyawa diduga mengandung flavonoid. Golongan flavonoid yang terdapat dalam daun lamun disesuaikan penyebaran dan ciri khas flavonoid yang menurut (Harbone,2009), bahwa senyawa dengan ciri khas pereaksi NH3 dan memberikan warna merah diduga merupakan senyawa flavonoid golongan khalkon hal ini diperjelas dengan warna flavonoid hasil pemisahan pada plat KLT oleh (Harbone,1987).
Setelah diisolasi sampel kemudian diidentifikasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis. Isolat-isolat hasil KLT dengan pereaksi NH3 di kerok dan dilarutkan dengan metanol dan kemudian disentrifugasi untuk memisakan senyawa murni hasil KLT kemudian diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-vis dengan menggunakan metanol sebagai larutan baku. Hasil identifikasi menunjukan panjang gelombang pada pita pertama 379 dan panjang gelombang pita kedua 289, maka hasil identifikasi menunjukan golongan flavonoid mengarah pada khalkon, auron dan flavonol jika dilihat pada panjang gelombang pada pita pertama. Menurut (Harbone, 1987) Ciri spektrum flavonoid khalkon antara 365- 390, auron 390-430, flavonol 350-390, maka dari ciri spektrum di ketahui ini bahwa ketiga senyawa tersebut merupakan golongan senyawa hasil identifikasi, namun jika disesuaikan dengan hasil. pemisahan dengan pereaksi NH3 lebih mengarah kepada golongan khalkon karena dari hasil pemisahan perubahan warna sinar tampak menunjukan senyawa flavonoid golongan khalkon

Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa flavonoid dapat di isolasi dan di identifikasi dari daun lamun dengan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometer uv-vis dan flavonoid yang ditemukan adalah golongan khalkon.

Permasalahan
Dari materi diatas untuk menguji adanya flavonoid salah satu langkahnya dengan menggunakan eluen.Pada proses ekstraksi eluen atau pelarut yang digunakan adalah n-butanol atau etanol lalu yang saya tanyakan apakah hanya etanol ataupun n-butanol saja yang bisa digunakan dalam proses ekstraksi, apakah dapat digantikan dengan eluen yang lain ?
Lalu pada hasil penelitian diatas dikatakan bahwa flavonoid yang terkandung dalam daun lamun termasuk kedalam golongan khalkon,sedang golongan flavonoid itu ada golongan khalkon,auron,flavonol.flavonoid yang bagaimana yang termasuk kedalam masing-masing golongan tersebut ?

2 komentar:

  1. pada proses ekstraksi bukan hanya etanol atupun n-butanol saja yang bsa digunakan, karna proses ekstraksi ini dilakukan menurut kepolaran masing- dari senyawa tersebut, kita bisa menggunakan etil asetat,Metanol (MeOH) atau Etanol (EtOH).

    salah satu cara kita bsa menentukan masing2 dari golongan dari flavonoid yaitu dengan melihat ciri spektrum golongan flavonoid, Spektrum Flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut Metanol (MeOH) atau Etanol (EtOH). Spektrum khas terdiri atas dua maksimal pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). gambarnya tidak bisa saya selipkan di sini,

    mga dengan komentar yang sedikit ini bsa membantu anda, terimakasih :)

    BalasHapus
  2. Pada proses isolasi flavonoid dapat dilakukan dengan metode ekstraksi pelarut. Eluen yang dapat digunakan tidak hanya dengan eluen n-butanol ataupun etanol tetapi dapat juga dengan menggunakan beberapa eluen lain dengan berbagai perbandingan volume contohnya PE-kloroform (1:9), n-heksana : etil asetat (8:2), etil asetat:metanol:air (1:2:7). Eluen yang sesuai ini dapat diperoleh berdasarkan uji TLC terhadap ekstrak sampel pada tahap sebelumnya.

    Pada permasalahan kedua dapat ditentukan klasifikasinya setelah dilakukan identifikasi dan analisisnya terhadap senyawa isolat murni. Antara lain dengan analisis spectrum UV, NMR 1H, NMR 13C sehingga dapat diperoleh data tentang kerangka c, jenis dan jumlah atom H, kemudian gugus fungsinya. Untuk klasifikasinya sendiri jika diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-vis. Menurut (Harbone, 1987) Ciri spektrum flavonoid khalkon memiliki panjang gelombang antara 365- 390 nm, auron 390-430 nm, dan flavonol 350-390 nm.

    BalasHapus