Jumat, 15 November 2013

BIOAKTIVITAS FLAVONOID

Bioaktivitas flavonoid pada Uji Golongan Senyawa Getah Pelepah Pisang Ambon Musa paradisiaca var. sapientum
Hasil pengujian golongan senyawa pada getah pelepah Pisang Ambon Musa paradisiaca var. sapientum menunjukkan bahwa sampel tersebut mengandung tanin, saponin, flavonoid dan fenol (Tabel 4.2). Hasil uji saponin menunjukkan tinggi busa ± 1,2 cm. Adanya flavonoid sendiri ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah setelah ditambahkan serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat dan 20 tetes amil alkohol lalu dikocok kuat. Sampel getah juga mengandung senyawa tannin ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tua dan hitam kehijauan setelah ditambahkan 2 tetes pereaksi FeCl31%. Kemudian senyawa fenol juga terdapat dalam sampel getah dengan terbukti perubahan warna hijau setelah diberi penambahan FeCl3 5%.
Uji Aktivitas Antibakteri
Kandungan flavonoid pada getah pelepah pisang ternyata sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif. Flavonoid yang bersifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan peptide glikan yang juga bersifat polar pada bakteri Gram positif daripada lapisan lipid yang nonpolar. Di samping itu pada dinding sel gram positif mengandung polisakarida (asam terikoat) merupakan polimer yang larut dalam air, yang berfungsi sebagai transfor ion positif untuk keluar masuk. Sifat larut inilah yang menunjukkan bahwa dinding sel Gram positif bersifat lebih polar. Aktivitas penghambatan getah murni pelepah pisang ambon pada bakteri Gram positif menyebabkan terganggunya fungsi dinding sel sebagai pemberi bentuk sel dan melindungi sel dari lisis osmotik. Dengan terganggunya dinding sel akan menyebabkan lisis pada sel.
Antikuinon yang terdapat pada getah pelepah pisang tersebut diyakini memiliki antiparasit dan antimikroba. Dimana senyawa ini digunakan untuk mengobati herpes simpleks dan penyakit kulit. Penjelasan tersebut juga didukung oleh hasil yang didapatkan pada pengukuran zona hambat yang mampu dilihat dari besarnya zona hambatan yang terbentuk pada masing-masing bakteri uji yang digunakan. Bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri gram positif dengan karekteristiknya antara lain tidak memiliki endospora, tidak berkapsul dan memiliki dinding bakteri yang tersusun atas peptidoglikan, memiliki daerah zona hambat terbesarsedangkan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli masing-masing termasuk dalam golongan bakteri gram negatif, dimana dinding sel bakteri Gram negatif tersusun atas lipopolisakarida, memiliki zona hambat yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan Bakteri Staphylococcus aureus.
Perbedaan ini nyata terlihat dari hasil uji daya hambat antibakteri yang telah dilakukan. Adanya perbedaan aktivitas yang terjadi disebabkan oleh metabolit sekunder yang terkandung memiliki efek sinergis yang berbeda tergantung dari sifat dan morfologi dari bakteri tersebut. Bakteri Staphylococcus aureus termasuk Gram positif yang dinding selnya tersusun dari peptidoglikan. Lapisan peptidoglikan bersifat polar sehingga sangat mudah ditembus oleh senyawa yang bersifat polar sedangkan bakteri Gram negatif (Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli) struktur dinding selnya terdiri atas tiga komponen yaitu lipoprotein (membran terluar yang mengandung molekul protein yang disebut porin), lipopolisakarida dan lipid serta memiliki peptidoglikan yang tipis. Porin pada membran terluar dinding sel bakteri Gram negatif tersebut bersifat hidrofilik. Kemungkinan porin yang terkandung pada pada membran terluar tersebut menyebabkan molekul-molekul komponen sampel lebih sukar masuk ke dalam sel bakteri dan 20% membran luar bakteri mengandung lipid sehingga senyawa metabolit sekunder ini sulit masuk ke dalam membran luar dinding sel, dimana lipid ini berfungsi untuk mencegah masuknya bahan kimia dari luar. Sementara senyawa yang terdapat pada getah pelepah pisang Ambon yang diduga mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji lebih banyak yang bersifat polar sehingga lebih berhasil ketika dilakukan uji terhadap bakteri yang termasuk dalam golongan bakteri gram positif.
Kemampuan getah pelepah pisang Ambon Musa paradisiaca var sapientum dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli sebagai agen utama penyebab infeksi nosokomial, menunjukkan hasil yang baik, dengan demikian getah pelepah pisang tersebut sangat bermamfaat untuk mengobati infeksi nosokomial.
Permasalahan
pada materi diatas dikatakan bahwa Kandungan flavonoid pada getah pelepah pisang ternyata sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif. Flavonoid yang bersifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan peptide glikan yang juga bersifat polar pada bakteri Gram positif daripada lapisan lipid yang nonpolar.

pertanyaan : apakah flavonoid itu akan selalu dapat menjadi penghambat pertumbuhan bakteri  Gram positif dan bagaimana proses penyerangan flavonoid terhadap peptide glikan padahal peptida glikan ada bersamaan dengan bakteri itu sendiri ?

3 komentar:

  1. Saya akan mencoba menjawab permasalahan anda, menurut saya flavonoida itu tidak hanya selalu dapat menjadi penghambat pertumbuhan bakteri Gram positif ,, masih memiliki fungsi lainnya misal salah satunya menghambat pertumbuhan Escherecia Coli (gram negatif),,,

    BalasHapus
  2. saya aakan menjawab pertanyaan anda no 2
    menurut litertatur yang saya baca penghambatan sintesis dinding sel bakteri yaitu dengan mencegah cross-linking rantai peptida-mucosaccharide. Jika dinding sel tidak disintesis dengan benar, maka air mudah masuk ke dalam sel bakteri yang menyebabkan sel menggembung dan akhirnya meledak/hancur.
    Dinding sel bakteri esensial untuk pertumbuhan bakteri. Peptidoglikan merupakan komponen dinding sel bakteri yang heteropolymeric yang menjaga rigiditas dan stabilitas melalui cross-linked struktur rantai. Peptidoglikan terdiri dari rantai peptida cross-linked dengan rantai glikan yang linier dengan dua gugus amino gula (N-acetylglucosamine dan N-acetylmuramic acid, NAG-NAM). Pada bakteri gram+, dinding sel terdiri dari 50-100 molekul peptidoglikan, tapi pada gram– hanya 1-2 molekul.
    Biosintesis peptidoglikan melibatkan 30 jenis enzim dalam bakteri dan terjadi melalui 3 tahap: tahap untuk penyerangan flavonoid terhadap peptide glikan adalah tahap 3
    tahap penyelesaian cross-link. Tahap ini disempurnakan oleh reaksi transpeptidasi, dikatalis enzim transpeptidase, terjadi pada membran sel bagian luar. Residu glisin terminal pada jembatan pentaglycine diikatkan pada residu keempat (D-alanin) dari pentapeptida "Park nucleotide", melepaskan residu D-alanin yang kelima.
    Tahap akhir inilah yang dihambat oleh antibiotik beta-laktam yaitu dengan menghambat aktivitas enzim transpeptidase hingga terjadi hambatan proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan, gangguan pada pertumbuhan dan sintesis dinding sel bakteri terhambat.
    terimakasih

    BalasHapus
  3. jawaban permasalahan kedua, menurut literatur yg saya baca,Biosintesis peptidoglikan melibatkan 30 jenis enzim dalam bakteri dan terjadi melalui 3 tahap: tahap untuk penyerangan flavonoid terhadap peptide glikan adalah tahap 3
    tahap penyelesaian cross-link. Tahap ini disempurnakan oleh reaksi transpeptidasi, dikatalis enzim transpeptidase, terjadi pada membran sel bagian luar. Residu glisin terminal pada jembatan pentaglycine diikatkan pada residu keempat (D-alanin) dari pentapeptida "Park nucleotide", melepaskan residu D-alanin yang kelima.
    Tahap akhir inilah yang dihambat oleh antibiotik beta-laktam yaitu dengan menghambat aktivitas enzim transpeptidase hingga terjadi hambatan proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan, gangguan pada pertumbuhan dan sintesis dinding sel bakteri terhambat.

    BalasHapus